SIAL Interfood 2025 yang digelar di JIExpo Kemayoran pada 12–15 November bakal menampung lebih dari 1.500 eksibitor dari 30 negara serta 90 ribu pengunjung bisnis. Hal ini menjadikannya panggung utama inovasi pangan Asia Tenggara. Bagi kamu—pelaku usaha, chef, maupun penikmat kuliner—memahami tren sejak awal memberi keunggulan kompetitif: portofolio produk siap disesuaikan, kampanye pemasaran lebih tepat sasaran, dan peluang kolaborasi pun terbuka lebar.
Tahun ini, dinamika gaya hidup sehat, regulasi baru, sampai terobosan teknologi membentuk lanskap rasa dan bisnis. Artikel ini merangkum lima tren kuliner yang paling prospektif, lengkap dengan alasan pasar dan contoh konkretnya, agar kamu dapat menyusun strategi sebelum pintu pameran dibuka.
1. Revolusi Plant-Based yang Kian Premium
Lonjakan minat protein nabati tak lagi sebatas “daging” kedelai; bahan superfood lokal mulai naik kelas. Di pameran serupa Fi Asia 2025, duckweed (Wolffia) dipuji sebagai sumber protein berkadar tinggi namun rendah kalori, cocok diolah menjadi minuman maupun adonan roti. Fenomena serupa diprediksi muncul di SIAL Interfood ketika merek-merek menonjolkan tempe, moringa, hingga “sunflower-meat” bertekstur serat daging.
Nilai plus bagi produsen ada pada efisiensi rantai pasok dan narasi keberlanjutan. Ini adalah dua faktor yang disukai pembeli ritel global. Dengan menggandeng petani lokal, kamu bukan hanya menekan biaya bahan baku, tetapi sekaligus mengantongi citra ramah lingkungan yang makin dicari konsumen Gen Z.
2. Minuman Fungsional & Rendah Gula Menjawab Regulasi
DPR telah mengusulkan penerapan cukai 2,5 persen untuk minuman bergula mulai 2025. Tarifnya bisa naik sampai 20 persen pada tahun-tahun berikutnya. Tekanan ini memaksa reformulasi, sementara minuman kesehatan seperti jamu kunyit asam tampil relevan berkat klaim imunitas dan anti-inflamasi.
Di arena SIAL Interfood, kamu akan menjumpai sparkling energy dengan serat prebiotik, kombucha tropis rendah kalori, hingga RTD Wedang Uwuh yang memadukan rempah dan sains shelf-life. Formulasi “less sugar, more function” bukan sebatas tren, melainkan respons langsung terhadap kebijakan fiskal dan tuntutan konsumen mindful-eating.
3. Halal Premium dan Cita Rasa Lokal Go Global
Label halal kini menjadi tiket wajib bagi produsen asing yang ingin masuk pasar Indonesia. Perusahaan seperti Nawon sudah menyiapkan rangkaian jus buah, coconut water, hingga boba drink bersertifikat halal khusus menyasar pameran tahun ini.
Bagi kamu, peluangnya dua arah. Pertama, bahan baku lokal—misalnya salak, sirsak, atau kopi Gayo—bisa diolah dalam format siap ekspor dengan sertifikasi halal, menembus pasar Timur Tengah. Kedua, kolaborasi private-label dengan produsen mancanegara membuka jalur ekspansi tanpa investasi fasilitas baru. Intinya, halal bukan sekadar kepatuhan, tetapi diferensiasi premium yang meningkatkan daya tawar brand.
4. Kemasan Sustainable & Smart Semakin Mendikte Pilihan Buyer
Riset terbaru memproyeksikan pasar kemasan pangan Asia-Pasifik naik dari USD 167,9 miliar pada 2025 menjadi USD 249,5 miliar pada 2034. Semuanya digerakkan oleh material biodegradable dan teknologi kemasan cerdas. Di lantai pameran, kemasan PHA kompos-rumah, pouch retort mudah didaur ulang, sampai label QR traceability akan jadi sorotan distributor ritel modern.
Jika kamu ingin produk lebih cepat “check-out” di meeting dengan buyer, pastikan sudah menyiapkan prototype kemasan ringan, bebas PFAS, serta menampilkan panel gizi yang transparan. Investasi ini mengurangi risiko penolakan ekspor dan menaikkan nilai tambah—alasan kuat bagi kontrak jangka panjang.
5. Fermentasi Presisi dan AI-Driven Flavor Development
Selain kompetisi La Cuisine dan Coffee Art Battle, SIAL Interfood kerap memamerkan teknologi dapur masa depan. Tren global menunjukkan brand mulai memakai AI untuk meracik profil rasa dan mengoptimalkan fermentasi skala mikro yang menghasilkan umami pekat tanpa MSG.
Artinya, startup bumbu cair, kecap, maupun saus sambal bisa memanfaatkan algoritma guna mempercepat R&D sekaligus memotong ongkos trial-and-error. Jika kamu membawa demo produk berbasis “smart fermentation”—misalnya kecap kelor rendah natrium—kemungkinan besar booth-mu akan ramai food-tech investor mencari portofolio baru.
Kesimpulan
Kelima tren di atas beririsan pada tiga kata kunci: sehat, halal, dan berkelanjutan. Konsumen menuntut lebih dari sekadar rasa; mereka menilai asal bahan, dampak lingkungan, serta transparansi proses. Dengan memetakan kebutuhan tersebut sejak sekarang, kamu bisa menyusun portofolio yang relevan saat deal-making berlangsung di SIAL Interfood 2025.
Siapkan cerita brand yang kuat, kemasan cerdas, serta sampel cita rasa inovatif. Ketika pintu pameran terbuka, kamu bukan hanya menjadi pengunjung, melainkan bagian dari gelombang perubahan kuliner yang akan mendominasi pasar Indonesia dan regional Asia Pasifik selama dekade mendatang. Selamat berinovasi dan sampai jumpa di Jakarta!
