Pasar Seni ITB 2025 yang kembali hadir setelah 11 tahun vakum telah membuktikan kekuatan festival seni dalam menggerakkan roda ekonomi kreatif Bandung. Diselenggarakan pada 18-19 Oktober 2025 di Kampus Ganesha ITB, acara ini berhasil menarik lebih dari 200.000 pengunjung dan menghadirkan transformasi signifikan bagi ekosistem kreatif lokal. Berikut adalah dampak ekonomi nyata yang dihasilkan dari gelaran megah ini.
1. Mendorong Pertumbuhan UMKM dan Pelaku Industri Kreatif Lokal
Kamu perlu tahu bahwa Pasar Seni ITB 2025 membuka peluang besar bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Bandung. Lebih dari 200 stan seni dan desain diisi oleh mahasiswa, dosen, komunitas, hingga pelaku industri kreatif. Di dalamnya menawarkan berbagai produk kerajinan, aksesori, karya desain, dan benda-benda artistik. Kesempatan ini memberikan eksposur luar biasa bagi UMKM lokal untuk menjangkau ribuan pengunjung dalam waktu singkat, sesuatu yang sulit dicapai melalui toko daring atau pameran kecil.
Acara ini memiliki dampak ekonomi langsung dengan menggerakkan UMKM, pelaku kuliner, seniman, hingga jasa transportasi dan akomodasi. Transaksi yang terjadi selama dua hari festival tidak hanya menguntungkan penjual. Terdapat efek domino bagi sektor pendukung seperti hotel, restoran, dan transportasi di sekitar kawasan Dago dan Setiabudi.
2. Menarik Wisatawan dan Meningkatkan Pendapatan Daerah
Kamu akan terkejut mengetahui bahwa target awal 15.000 pengunjung justru melonjak hingga mencapai hampir 500.000 pembelian tiket. Bahkan, terdapat potensi menembus 600.000 pengunjung. Angka fantastis ini menunjukkan daya tarik Pasar Seni ITB sebagai magnet wisata budaya yang mampu menghadirkan pengunjung dari berbagai daerah, mulai dari Bandung, Subang, hingga Jakarta. Kehadiran mereka memberikan kontribusi nyata terhadap pendapatan asli daerah melalui berbagai aktivitas ekonomi yang mereka lakukan selama berkunjung.
Festival ini juga memperkuat posisi Bandung sebagai kota kreatif UNESCO dan destinasi wisata berbasis kreativitas. Hotel-hotel di sekitar lokasi penuh terisi, kafe dan restoran lokal kebanjiran pengunjung. Bahkan, ada produk-produk kreatif lokal laris diburu wisatawan. Dampak multiplier effect ini membuktikan bahwa festival seni berskala besar mampu menggerakkan ekonomi lokal secara menyeluruh dan berkelanjutan.
3. Menciptakan Platform Kolaborasi Lintas Disiplin
Kamu perlu memahami bahwa transformasi Pasar Seni ITB dari acara internal FSRD menjadi festival berskala nasional melibatkan seluruh fakultas di ITB. Pendekatan lintas disiplin ini mempertemukan seni dengan teknologi, desain dengan sains, menciptakan ekosistem kreatif yang lebih inovatif dan relevan dengan perkembangan industri kreatif masa kini.
Kehadiran seniman besar seperti Tisna Sanjaya, Wiyoga Muhardanto, Isa Perkasa, hingga kolektif-kolektif baru seperti Studio Pancaroba dan Tactic Plastic. Hal itu menandakan bahwa Pasar Seni bukan lagi ajang percobaan, melainkan platform serius bagi seniman lintas generasi. Pameran Adicitra Ganesha yang menampilkan dan melelang karya maestro nasional juga mengalirkan hasil penjualan ke Dana Lestari Pendidikan dan Seni ITB.
4. Memperkuat Nation Branding dan Diplomasi Budaya Indonesia
Kamu harus menyadari bahwa Pasar Seni ITB bukan sekadar festival lokal, tetapi juga sarana promosi pariwisata berbasis kreativitas. Hal ini sejalan dengan program Kemenpar “Event by Indonesia”. Kondisi tersebut menjadikan Bandung sebagai destinasi wisata budaya yang mampu bersaing dengan kota seni dunia lainnya.
Dengan mengusung tema “Setakat Lekat”, Pasar Seni ITB 2025 mengingatkan pentingnya keterhubungan manusia dengan kemanusiaan, kreativitas, dan kebersamaan. Festival ini tidak hanya menggerakkan ekonomi lokal, tetapi juga memposisikan Indonesia sebagai negara dengan ekosistem kreatif yang kuat dan berkelanjutan. Bahkah, hal itu mampu menghadirkan pengalaman seni yang berkelas internasional.
