Fenomena Tepuk Sakinah telah mengubah wajah bimbingan perkawinan di Indonesia menjadi lebih hidup dan berkesan. Inovasi sederhana namun penuh makna dari Kementerian Agama ini membuktikan bahwa edukasi pranikah tidak harus kaku dan membosankan. Mari pahami mengapa yel-yel unik ini menjadi viral dan begitu penting bagi perjalanan menuju rumah tangga bahagia.
1. Metode Pembelajaran yang Revolusioner dan Menyenangkan
Tepuk Sakinah merupakan terobosan kreatif yang diperkenalkan Kementerian Agama sejak tahun 2018 saat program Kursus Calon Pengantin (Suscatin) berubah menjadi Bimbingan Perkawinan (Bimwin). Kamu akan merasakan suasana pembelajaran yang berbeda ketika mengikuti sesi ini. Sebab, format tepuk tangan yang dipadukan dengan syair sederhana membuat materi bimbingan terasa lebih akrab dan mudah dicerna. Konsep ini mirip dengan tepuk pramuka yang sudah familiar di telinga masyarakat Indonesia.
Metode ini terbukti efektif mengubah atmosfer ruangan KUA yang biasanya formal menjadi penuh energi positif. Kamu tidak akan merasa tegang atau bosan karena didorong untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan yang melibatkan gerakan fisik dan suara. Abu Rokhmad, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, menegaskan Tepuk Sakinah lebih mudah diingat dan suasana pembekalan jadi lebih hidup.
2. Lima Pilar Pernikahan Terangkum dalam Lirik Sederhana
Lirik Tepuk Sakinah yang berbunyi “Berpasangan, berpasangan, berpasangan (tepuk 3x), Janji kokoh, janji kokoh, janji kokoh (tepuk 3x), Saling cinta, saling hormat, saling jaga, saling ridho, Musyawarah untuk sakinah” mengandung lima pilar fundamental keluarga sakinah. Kamu akan memahami bahwa setiap kata mewakili nilai penting: Zawaj (berpasangan), Mitsaqan Ghalizan (janji kokoh), Mu’asyarah Bil Ma’ruf (saling mencintai dan menghormati), Musyawarah, dan Taradhin (saling ridho).
Keindahan dari lirik ini terletak pada kesederhanaannya yang membuatmu dapat menghafalnya tanpa sadar. Kamu akan mendapati diri sendiri menyanyikan yel-yel ini bahkan setelah pulang dari KUA. Contohnya seperti yang dialami banyak pasangan yang videonya viral di media sosial. Prof Alimatul Qibtiyah, salah satu penggagas Tepuk Sakinah, menjelaskan bahwa pernikahan adalah peristiwa sakral yang tidak bisa dianggap sepele. Sedangkan yel-yel ini menjadi pengingat akan keseriusan komitmen tersebut.
3. Membangun Fondasi Kesetaraan dalam Rumah Tangga
Tepuk Sakinah mengajarkan kamu konsep kesetaraan yang fundamental dalam pernikahan modern. Perspektif yang dibangun menempatkan Tuhan di atas, sementara suami dan istri berada di posisi sejajar membentuk segitiga sama kaki. Kamu akan memahami bahwa tidak ada dominasi satu pihak, melainkan kemitraan yang saling melengkapi dan mendukung.
Fleksibilitas peran gender yang ditekankan dalam Tepuk Sakinah justru meningkatkan kualitas kebahagiaan keluarga. Kamu diajarkan bahwa tugas rumah tangga bukanlah beban satu pihak saja, tetapi tanggung jawab bersama yang harus dijalankan dengan prinsip kesalingan. Nilai-nilai ini membantu pasangan menghadapi konflik dengan cara yang adil dan konstruktif.
4. Alat Pemecah Ketegangan dalam Konflik Rumah Tangga
Gerakan tepuk tangan dalam Tepuk Sakinah bukan sekadar seremonial belaka. Kamu dapat menggunakannya sebagai alat untuk mencairkan suasana ketika terjadi konflik dengan pasangan. Beberapa pasangan yang sudah menikah mengaku bahwa yel-yel ini menjadi hiburan efektif saat sedang berselisih paham, mengubah ketegangan menjadi tawa.
Pesan yang dibangun adalah agar kamu mampu kembali mengingat esensi keluarga sakinah di tengah badai rumah tangga. Ketika emosi memuncak dan komunikasi tersendat, menyanyikan Tepuk Sakinah bersama dapat menjadi jembatan untuk membuka dialog kembali. Ini adalah teknik sederhana namun manjur untuk mengingatkan pasangan tentang komitmen awal mereka.
5. Fenomena Viral yang Membawa Dampak Positif
Viralnya Tepuk Sakinah di media sosial telah menciptakan kesadaran massal tentang pentingnya persiapan pernikahan yang matang. Kamu akan menemukan bahwa banyak Gen Z yang awalnya merasa takut menikah justru menjadi tertarik untuk memahami konsep keluarga sakinah lebih dalam. Video-video yang beredar membuat materi bimbingan perkawinan tidak lagi terkesan menakutkan atau membosankan.
Dampak positif tepuk sakinah terlihat dari meningkatnya antusiasme calon pengantin mengikuti bimbingan pranikah. Kamu menjadi bagian dari gerakan nasional yang mengubah paradigma pernikahan dari sekadar formalitas menjadi persiapan serius membangun keluarga berkualitas. Dengan 35 calon pengantin dalam satu sesi di KUA Senen Jakarta saja, fenomena ini membuktikan bahwa pendekatan kreatif dalam edukasi pranikah sangat dibutuhkan masyarakat.
