Dunia maya sedang dihebohkan oleh fenomena yang berasal dari Indonesia bernama “aura farming”. Gerakan sederhana seorang anak berusia 11 tahun bernama Rayyan Arkan Dikha saat mengikuti lomba Pacu Jalur di Kuantan Singingi, Riau, berhasil mencuri perhatian jutaan pengguna media sosial global. Kamu pasti penasaran, bagaimana mungkin tarian spontan di atas perahu tradisional bisa memicu tren internasional yang diikuti oleh selebriti dunia hingga grup K-Pop ternama?
1. Memahami Konsep Aura Farming yang Mencengangkan
Aura farming merupakan istilah slang yang diciptakan oleh Gen Z dan Gen Alpha untuk menggambarkan seseorang yang mampu memancarkan pesona, karisma, atau vibe keren tanpa harus terlihat berusaha keras. Dalam konteks ini, kata “farming” atau “bertani/memanen” adalah istilah yang biasa dipakai di dunia gim atau internet, yang artinya mengumpulkan atau mendapatkan sesuatu secara perlahan namun konsisten. Secara sederhana, aura farming adalah tentang upaya mengembangkan versi diri sendiri yang paling keren – namun dilakukan dengan cara yang terlihat alami dan tanpa usaha berlebihan.
Fenomena ini awalnya muncul dari dunia gim video dan anime yang banyak bersinggungan dengan media sosial, terutama TikTok. Di platform tersebut, terdapat fenomena menghitung poin aura saat seseorang melakukan sesuatu yang keren. Pengumpulan aura ini dimaksudkan untuk merebut perhatian para pemirsa maupun pengikut di media sosial mereka, sekaligus memberikan kepuasan terhadap diri sendiri. Yang membuat konsep ini menarik adalah bahwa aura luar biasa seseorang bisa memancing reaksi besar dari orang lain tanpa perlu melakukan hal-hal yang berlebihan.
2. Kisah Viral Dikha: Dari Pacu Jalur ke Panggung Dunia
Rayyan Arkan Dikha atau yang akrab dipanggil Dikha menjadi fenomena global. Hal itu terjadi setelah video dirinya menari di ujung perahu saat lomba Pacu Jalur tersebar luas.
Dalam video tersebut, Dikha terampil menjaga keseimbangan badannya di atas perahu panjang yang tengah melaju. Bahkan, dia juga membuat gerakan tarian penuh percaya diri dengan mengayunkan tangannya ke udara. Meski dalam kondisi sulit, Dikha tetap tampil santai dan penuh gaya.
Viralitas Dikha tidak berhenti di Indonesia saja. Beberapa tokoh dunia mulai dari DJ ternama Steve Aoki, maskot klub sepak bola AC Milan, hingga akun resmi Adidas ikut mempopulerkan tren ini. Bahkan stasiun televisi di Islandia turut membahasnya. Lalu, grup idola K-Pop ENHYPEN membuat video TikTok menirukan gaya khas aura farming ala Dikha. Hasilnya, bisa langsung mendapat lebih dari 1,4 juta likes. Dikha bahkan mendapat julukan internasional sebagai “Aura Farming Kid on a Boat” atau “The Reaper”.
3. Dampak Budaya: Tradisi Lokal yang Mendunia
Fenomena aura farming bukan sekadar tren internet biasa – ini adalah momen penting ketika budaya lokal Indonesia, khususnya tradisi Pacu Jalur dari Riau yang berasal dari abad ke-17, berhasil menembus batas dan dikenal luas oleh masyarakat global. Perpaduan antara ekspresi budaya daerah dan gaya ekspresif yang cocok dengan selera digital Gen Alpha membuat fenomena ini begitu resonan dengan audiens global.
Kamu perlu memahami bahwa kesuksesan ini menunjukkan bagaimana kekayaan budaya Indonesia bisa menjadi konten yang menarik di era digital. Lewat aksi sederhana di atas perahu, tren aura farming berhasil memperkenalkan Pacu Jalur ke kancah internasional. Bahkan Gubernur Banten Andra Soni dan berbagai pejabat daerah turut mengikuti tren ini, menunjukkan bagaimana fenomena digital bisa menjembatani generasi dan membawa dampak positif bagi promosi budaya lokal.